Jeruk jepara
Jeruk Jepara alias Jeruk Swing dengan nama latin (Limnocitrus littoralis (Mig) Swing), tanaman ini memiliki kekuatan yang luar biasa. Antara lain tahan penyakit dan mampu hidup di tanah berpasir yang berkadar garam tinggi. Juga banyak terdapat di daerah rawa-rawa di pinggir pantai dan tepian sungai dekat pantai. Sifat pertumbuhan tanaman mirip sekali dengan pohon bakau.Ketika hampir seluruh tanaman jeruk di pantai utara Jawa Tengah terserang penyakit, ternyata jeruk jepara masih tetaptegar bertahan, sehat dan tidak terkena pengaruh apa-apa. Ini membuktikan bahwa jeruk jepara cukup ampuh dan dapat dipergunakan sebagai batang bawah jeruk komersial yang mudah terserang penyakit. Sebagai batang bawah kemungkinan besar jeruk jepara dapat digunakan sebagai ‘anti’ penyakit CVPD.
Penemu Jeruk Jepara
Jeruk jepara ditemukan pertama kali oleh J.E. Teijsman pada tanggal 6 Oktober 1854 di Pantai Lasem, Rembang. Tanggal 24 Agustus 1930 dibuat koleksi khusus jeruk ini di pantai dekat Lendang, kurang lebih 40 km sebelah timur kota Rembang. Pohon jeruk jepara berupa perdu setinggi ± 3 m, tumbuh menggerombol dan diduga keras karena tumbuh dari persemaian biji. Bentuk dan rasa buah tidak menarik, karena tidak mengesankan seperti jeruk keprok atau jeruk nipis. Buahnya berdiameter sekitar 3-5 cm. Di dalamnya ditemukan 5 ruangan, yang masing-masing terisi 2 biji. Rasanya masam bercampur asin. Kandungan air dalam buah sangat minim. Jadi isi buah tidak enak dimakan. Namun tanamani ini memiliki kekuatan yang luar biasa. Antara lain tahan penyakit dan mampu hidup di tanah berpasir yang berkadar garam tinggi. Juga banyak terdapat di daerah rawa-rawa di pinggir pantai dan tepian sungai dekat pantai. Sifat pertumbuhan tanaman mirip sekali dengan pohon bakau. Ketika hampir seluruh tanaman jeruk di pantai utara Jawa Tengah terserang penyakit, ternyata jeruk jepara masih tetaptegar bertahan, sehat dan tidak terkena pengaruh apa-apa. Ini membuktikan bahwa jeruk jepara cukup ampuh dan dapat dipergunakan sebagai batang bawah jeruk komersial yang mudah terserang penyakit. Sebagai batang bawah kemungkinan besar jeruk jepara dapat digunakan sebagai ‘anti’ penyakit CVPD. Selain di Jepara, Rembang, jenis jeruk ini juga terdapat di Kepulauan Riau dan Vietnam. Tapi dengan sifat plasma nuftah yang berbeda. Di Riau jenis jeruk ini ditemukan oleh Ismail Husain, pegawai kantor kehutanan Selat Panjang. Tanaman jeruk jepara di daerah Riau ini ditemukan di pulau Rangsang pada tahun 1980. (Sumber: : B. Sarwono. 1991. Jeruk dan Kerabatnya. Panebar Swadaya)
Reference
^ http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/byId/208556
^ http://groups.yahoo.com/group/lingkungan/message/1428
Sumber : Wikipedia
Jeruk Jepara alias Jeruk Swing dengan nama latin (Limnocitrus littoralis (Mig) Swing), tanaman ini memiliki kekuatan yang luar biasa. Antara lain tahan penyakit dan mampu hidup di tanah berpasir yang berkadar garam tinggi. Juga banyak terdapat di daerah rawa-rawa di pinggir pantai dan tepian sungai dekat pantai. Sifat pertumbuhan tanaman mirip sekali dengan pohon bakau.Ketika hampir seluruh tanaman jeruk di pantai utara Jawa Tengah terserang penyakit, ternyata jeruk jepara masih tetaptegar bertahan, sehat dan tidak terkena pengaruh apa-apa. Ini membuktikan bahwa jeruk jepara cukup ampuh dan dapat dipergunakan sebagai batang bawah jeruk komersial yang mudah terserang penyakit. Sebagai batang bawah kemungkinan besar jeruk jepara dapat digunakan sebagai ‘anti’ penyakit CVPD.
Penemu Jeruk Jepara
Jeruk jepara ditemukan pertama kali oleh J.E. Teijsman pada tanggal 6 Oktober 1854 di Pantai Lasem, Rembang. Tanggal 24 Agustus 1930 dibuat koleksi khusus jeruk ini di pantai dekat Lendang, kurang lebih 40 km sebelah timur kota Rembang. Pohon jeruk jepara berupa perdu setinggi ± 3 m, tumbuh menggerombol dan diduga keras karena tumbuh dari persemaian biji. Bentuk dan rasa buah tidak menarik, karena tidak mengesankan seperti jeruk keprok atau jeruk nipis. Buahnya berdiameter sekitar 3-5 cm. Di dalamnya ditemukan 5 ruangan, yang masing-masing terisi 2 biji. Rasanya masam bercampur asin. Kandungan air dalam buah sangat minim. Jadi isi buah tidak enak dimakan. Namun tanamani ini memiliki kekuatan yang luar biasa. Antara lain tahan penyakit dan mampu hidup di tanah berpasir yang berkadar garam tinggi. Juga banyak terdapat di daerah rawa-rawa di pinggir pantai dan tepian sungai dekat pantai. Sifat pertumbuhan tanaman mirip sekali dengan pohon bakau. Ketika hampir seluruh tanaman jeruk di pantai utara Jawa Tengah terserang penyakit, ternyata jeruk jepara masih tetaptegar bertahan, sehat dan tidak terkena pengaruh apa-apa. Ini membuktikan bahwa jeruk jepara cukup ampuh dan dapat dipergunakan sebagai batang bawah jeruk komersial yang mudah terserang penyakit. Sebagai batang bawah kemungkinan besar jeruk jepara dapat digunakan sebagai ‘anti’ penyakit CVPD. Selain di Jepara, Rembang, jenis jeruk ini juga terdapat di Kepulauan Riau dan Vietnam. Tapi dengan sifat plasma nuftah yang berbeda. Di Riau jenis jeruk ini ditemukan oleh Ismail Husain, pegawai kantor kehutanan Selat Panjang. Tanaman jeruk jepara di daerah Riau ini ditemukan di pulau Rangsang pada tahun 1980. (Sumber: : B. Sarwono. 1991. Jeruk dan Kerabatnya. Panebar Swadaya)
Reference
^ http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/byId/208556
^ http://groups.yahoo.com/group/lingkungan/message/1428
Sumber : Wikipedia